Jumat, 13 Agustus 2010
Hut Pramuka ke 49
Kelahiran Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu 1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
· Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
· Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
2. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
Puncak acara peringatan Hari Pramuka ke-49 bakal digelar di Kompleks Gerakan Pramuka Cibubur, Jakarta Timur, pada 14 Agustus 2010. Dalam upacara tersebut, menurut rencana Presiden RI selaku Pramuka Utama dan Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka akan bertindak selaku Pembina Upacara.
Upacara itu juga akan ditandai dengan pemberian penghargaan lencana Gerakan Pramuka kepada sejumlah tokoh Gerakan Pramuka, termasuk para pejabat pemerintah dan tokoh agama, dan dua Pramuka Teladan dari golongan Pramuka Penggalang (11-15 tahun) serta Penegak (16-20 tahun).
Kali ini tema yang dipilih adalah "Satu Pramuka untuk Satu Indonesia". Tema tersebut sebenarnya diangkat dari ucapan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng, ketika membuka Rapat Kerja Nasional Gerakan Pramuka, pertengahan April 2010.
Ungkapan itu berawal dari kerisauan Menpora yang mewakili Pemerintah RI dengan ada kecenderungan muncul kembalinya organisasi-organisasi kepanduan selain Gerakan Pramuka. Padahal, Gerakan Pramuka justru dibentuk untuk menyatukan berbagai organisasi kepanduan yang ada.
Gerakan Pramuka yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 238 tahun 1961, lahir setelah Presiden Soekarno yang juga didukung tokoh kepanduan nasional saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, melihat kecenderungan kurang sehat dengan banyaknya organisasi kepanduan di Indonesia pada akhir 1950-an.
Saat itu, tercatat sekitar 60 organisasi kepanduan dan sebagian di antara berafiliasi pada partai-partai politik. Akhirnya, timbul persaingan yang tidak positif, saling menonjolkan diri sebagai yang terbaik dengan menjelekkan yang lain. Salah satu tujuan kepanduan sebagai organisasi pendidikan bagi anak-anak dan remaja untuk menjadi wadah persaudaraan bagi siapa pun tanpa memandang suku, agama, ras, dan antargolongan, akhirnya tidak tercapai.
"Jadi, kami dukung satu Pramuka untuk satu Indonesia!," tegas Menpora ketika itu, yang kini dijadikan tema oleh Gerakan Pramuka di usianya ke-49. Memang, menjelang 50 tahun Gerakan Pramuka, kita tentu berharap kiprah organisasi pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan remaja itu dapat semakin berkembang.
Gerakan Pramuka sendiri mengakui bahwa masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Tetapi, kalau memang dirasakan kurang, marilah kita perbaiki bersama-sama organisasi yang sudah ada. Tidak perlu membentuk organisasi yang baru, dan tidak perlu membebani lagi anak-anak dan remaja untuk perlu mengenal lagi dan bahkan untuk perlu membeli seragam dan perlengkapan baru.
Apalagi Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Prof.Dr.dr. Azrul Azwar MPH yang akrab dipanggil Kak Azrul sudah mengatakan, Gerakan Pramuka terbuka untuk kritik, masukan, dan saran. Gerakan Pramuka juga terbuka untuk semua, siapa pun warganegara Indonesia. Jadi, memang betul, satu Pramuka untuk satu Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)